Sixth Gear - Tidak dipungkiri lagi kalau untuk mengikuti Formula 1 dibutuhkan biaya yang banyak. Dalam semusim saja, diperlukan sekitar 3,3 triliun rupiah dengan rincian sebagai berikut:
- Research and Development: 860 milyar rupiah
- Salaries (gaji): 880 milyar rupiah
- Produksi (mobil dan peralatan pendukung): 816 milyar rupiah
- Operasional: 753 milyar rupiah
Banyak alasan mengapa seorang debutan F1 memilih menjadi pay driver. Mulai dari kondisi tim yang ditujunya tengah membutuhkan dana, pembalap membawa sponsor yang banyak, masih ada pembalap yang secara prestasi jauh lebih bagus daripada pembalap berkantong tebal. Ada juga alasan lain yang lebih terperinci:
Sejumlah pembalap yang pernah menjadi pay driver, mulai dari pembalap legendaris macam Niki Lauda dan Michael Schumacher. Lauda bahkan meminjam uang dari asuransinya untuk mengamankan satu tempat di Formula 2 dan F1. Sedangkan generasi sekarang yang menjadi pay driver antara lain: Vitaly Petrov, Pastor Maldonado (didukung oleh PDVSA, Pertamina-nya Venezuela), Sergio Perez, dan Bruno Senna. Baik Maldonado dan Perez masih eksis di F1 hingga saat ini.
Team minim sponsor, stock driver banyak, dan semua berpotensi ke F1 dengan skill dan prestasinya, dan yang jelas team bukan team yang sudah mapan, bisa saja team baru atau team papan bawah, driver sudah kantongi sponsor, dan driver mau membayar karena jarang ada kesempatan datang wlpn skill dia mumpuni, team papan bawah jelas butuh skill, skill pas-pasan belum juga bisa masuk walaupun dia kantongi banyak sponsor, sponsor memberikan dana ke team dan team berikan mobil terbaik buat driver dan driver berikan keduanya performa yang apik, kalau ternyata penampilan dan performanya bagus dan membawa meraih poin setiap race, bukan tidak mungkin dia justru akan mendapat kontrak oleh team tersebut atau menjadi rebutan team papan tengah atau atas.
Sumber: Wawancara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar